Call of Duty Black Ops 3 Optic Pamaj
Sedikit Inovasi di Multiplayer
Kita berbicara soal mode multiplayer yang mungkin tak terlalu populer di mata gamer Indonesia, namun selalu jadi bagian yang tak terpisahkan dari daya tarik setiap seri Call of Duty di pasar Barat. Sayangnya, seperti tahun-tahun sebelumnya, tak banyak inovasi yang ditawarkan di mode multiplayer COD: Black Ops 3 kali ini. Terlepas dari beragam mode multiplayer yang ia usung, dimana Team Deathmatch masih jadi yang paling populer, intinya tetaplah sebuah sensasi multiplayer yang cepat dan lebih difokuskan pada pertempuran jarak dekat. Belari secara aktif, sigap mengangkat senjata, dan menembak begitu Anda bertemu dengan musuh tanpa recoil yang signifikan tetap jadi daya tarik utama.
Namun bukan berarti tak ada inovasi berbeda yang disuntikkan. Salah satunya adalah sistem "hero" yang disebut sebagai Specialist di COD:Black Ops 3. Tak lagi sekedar terbagi ke dalam kelas berdasarkan senjata yang digunakan, Anda kini akan diminta untuk memilih satu Specialist sebagai karakter utama Anda di dalam tiap game multiplayer yang ada. Lantas, apa istimewanya? Berbeda dengan multiplayer COD lain yang sekedar menawarkan perbedaan senjata, Specialist tak ubahnya hero di dalam game-game MOBA. Mereka punya kemampuan uniknya sendiri-sendiri yang bisa dipicu untuk mendapatkan ekstra keuntungan di dalam pertempuran.
Tentu saja, kemampuan ini tak bisa dipicu terus-terusan. Dengan waktu cooldown yang cukup lambat dan akan penuh sedikit lebih cepat jika Anda berhasil membunuh banyak musuh, kehadiran sistem Specialist memang menghadirkan dinamika multiplayer yang unik di COD: Black Ops 3. Setiap Specialist akan memiliki dua varian skill utama yang berbeda. Jika Anda memilih Outrider misalnya, Anda bisa memilih menggunakan Sparrow – sebuah panah dengan bahan peledak di ujung atau Vision Pulse – sebuah mekanisme radar dalam jangka waktu pendek yang bisa memperlihatkan posisi musuh dalam jarak tertentu. Atau ketika Anda menggunakan Ruin, yang punya Gravity Spikes – serangan melee area yang bisa membunuh musuh secara instan atau Overdrive yang membuatnya bergerak lebih cepat. Ada beberapa karakter Specialist juga yang baru terbuka jika Anda sudah menyentuh level tertentu.
Namun bukan sekedar mekanisme Specialist ini saja yang membuat multiplayer COD: Black Ops 3 terasa menyenangkan, walaupun bisa dibilang tak menawarkan banyak inovasi dibandingkan seri sebelumnya. Salah satu yang pantas mendapatkan perhatian tersendiri adalah desain map yang luar biasa. Kita tidak sekedar membicarakan detail visualisasi atau pemandangan indah yang ia racik, tetapi juga pola yang tidak memberikan celah untuk "bermain aman". Selalu ada alternatif jalan menuju ke satu titik area sehingga gamer yang sekedar jadi camper tak akan efektif. Semua jalan tertutup? Anda bahkan bisa menggunakan jalur air yang berada di beberapa peta untuk masuk lewat jalur yang bisa jadi, tak dijaga dengan baik sebelumnya. Selalu ada celah, inilah yang jadi daya tarik tersendiri.
Sensasi ini juga kian disempurnakan dengan sistem "jetpack" dan parkour dari seri Advanced Warfare yang lebih disempurnakan. Berlari dan melompat dengan ekstra jet untuk mencapai tempat lebih tinggi atau sekedar berlari di tembok kini terasa lebih natural. Anda bisa melakukannya dengan hanya satu tombol di versi konsol tanpa perlu aksi menahan atau sejenisnya, yang berarti memberikan ruang besar untuk melakukannya sembari menembak. Ia terasa jauh lebih natural dan nyaman untuk digunakan di seri ini. Anda yang senang dengan sedikit kustomisasi personal untuk banner dan senjata juga akan difasilitasi di sini.
Namun sayangnya, masalah klasik mode multiplayer Call of Duty di Black Ops masih terjadi di seri yang satu ini. Benar sekali, kita membicarakan balancing yang masih berantakan. Berada di level yang sangat rendah ketika mencicipinya, kami beberapa kali bertemu dengan tim lain yang berada di level super tinggi dengan komposisi yang terlihat sangat tidak seimbang. Ini tentu saja jadi masalah karena tingginya level di multiplayer COD juga diasosiasikan kuat dengan variasi senjata yang lebih beragam, dan di seri ini, varian Specialist dan kemampuan spesial yang juga bisa mereka pilih.Hal yang tentu saja sangat disayangkan.
Bermain-main dengan Makhluk Kegelapan!
Jika Anda termasuk gamer skeptis yang masih belum melihat COD: Black Ops 3 sebagai sebuah game yang pantas dihargai dengan tingkat layaknya game AAA lain hanya karena ia terus dirilis tahunan, maka Anda mungkin akan tergoda dengan begitu padatnya nilai jual yang ia tawarkan di seri kali ini. Treyarch tampaknya punya ambisi yang kuat untuk memastikan bahwa setiap gamer, terlepas apapun mode yang paling ingin mereka cicipi, berakhir puas dengan COD: Black Ops 3. Hasilnya? Untuk sebuah game seharga game AAA pada umumnya, ia menyuntikkan begitu banyak mode permainan di dalamnya, yang digarap serius.
Salah satu yang jadi kekuatan Treyarch? Tentu saja mode zombie yang ia usung. Namun berbeda dengan seri sebelumnya yang langsung melemparkan Anda ke sebuah mode survival begitu saja melawan banyak makhluk kegelapan ini, mode Zombie di COD: Black Ops 3 membenamkan latar belakang cerita dan karakter uniknya sendiri. Berbeda dengan single player dan multiplayernya yang hadir dengan setting futuristik, mode Zombie Black Ops 3 justru membawa Anda ke era tahun 1940-an, dimana empat karakter dengan latar belakang kejahatannya sendiri: Jessica Rose, Jack Vincent, Floyd Campbell, dan Nero Blackstone terbangun secara misterius dan berusaha bertahan hidup dari terjangan pada zombie dan varian monster yang lain.
Inti permainannya sendiri masih berkisar dengan sistem yang sama. Bahwa Anda berjuang untuk bertahan hidup, sendiri ataupun kooperatif bersama dengan 4 player yang lain. Setiap zombie yang Anda bunuh akan menghasilkan point tertentu yang bisa diposisikan layaknya mata uang, membeli lebih banyak varian senjata, peluru, dan juga kemampuan khusus yang memungkinkan Anda berubah menjadi monster dalam batas waktu tertentu. Ia juga dipaduka dengan sebuah cerita solid yang berkisar pada sosok misterius bernama "Shadowman" yang menjadi narator, sekaligus sumber dari benang merah keempat karakter yang ada. Bagi kami pribadi, mode ini selalu menarik setidaknya di 15-30 menit permainan dan berangsur-angsur jadi repetitif seiring dengan waktu permainan. Selain Shadows of Evil sebagai garis cerita utama, mode zombie ini juga menawarkan mode campaign lain – The Giant yang bisa dibuka setelahnya.
Kerennya lagi? Treyarch juga menyuntikkan satu mode rahasia yang tak pernah mereka buka ke publik sebelumnya – Nightmare Modes yang baru bisa dibuka setelah menyelesaikan mode campaign. Ia seperti mode zombie namun dengan ekstra cerita yang lebih padat, dan didesain untuk mengeksplorasi event sebelum mode campaign. Terdengar menarik? Sayangnya tidak sekreatif yang dibayangkan. Mode Nightmares ini sebenarnya hanya merupakan variasi mode campaign yang mengganti sebagian besar musuh yang Anda hadapi menjadi zombie, walaupun tetap harus bertarung melawan beberapa anggota 54 Immortals di beberapa tempat. Menarik? Maka seperti di mode zombie, di awal, lalu beranjak repetitif seiring dengan waktu gameplay apalagi jika Anda belum lama baru menyelesaikan mode campaign yang ada.
Secara garis besar, langkah Activision dan Treyarch untuk menawarkan lebih banyak konten di COD: Black Ops 3 tentu sesuatu yang pantas untuk diacungi jempol. Terlepas apakah ia berakhir menjadi sesuatu yang Anda suka atau tidak, opsi selalu lebih daripada tak punya opsi sama sekali.
Pages: 1 2 3 4
Call of Duty Black Ops 3 Optic Pamaj
Source: https://jagatplay.com/2015/11/playstation3/review-call-of-duty-black-ops-3-pantas-dilirik/3/
0 Response to "Call of Duty Black Ops 3 Optic Pamaj"
Post a Comment